Minggu, 09 Desember 2007

Infrastruktur Perbankan Islam Masih Lemah

Infrastruktur Perbankan Islam Masih Lemah

Keuangan Jusuf Anwar mengatakan, infrastruktur perbankan Islam yang kurang memadai adalah 3 penghambat utama perkembangan perbankan Islam di Indonesia. Problem lainnya, kurangnya pemahaman masyarakat atas konsep dan produk perbankan Islam modern, serta kurangnya SDM yang ahli di bidang perbankan Islam.

"Kekurangan infrastruktur perbankan Islam ditandai minimnya regulasi khusus perbankan Islam," kata Jusuf dalam sambutan tertulisnya pada konferensi Struktur Produk Finansial untuk Pasar Islami, yang dibacakan staf ahli Mardiasmo, kemarin.

Jusuf menambahkan, pengembangan SDM yang ahli dalam perbankan Islam harus dilakukan dengan pendekatan lebih terstruktur. "Latihan dan pendidikan formal tentang perbankan Islam perlu dikembangkan," ujarnya.

Menurutnya, saat ini BI selaku bank sentral menyiapkan rencana jangka panjang mengembangkan perbankan Islam. Sesuai rencana itu, dalam 10 tahun kedepan, antara lain pemerintah akan menyiapkan landasan agar perbankan Islam dapat tumbuh dan berkembang sebagai bank alternatif bagi masyarakat. Kedua, memperkuat peran industri perbankan Islam dalam menggerakan sektor riil. Ketiga, memperbaiki kinerja perbankan Islam demi peningkatan daya saing di kancah perekonomian global.

Terkait kinerja, Jusuf menjelaskan, total aset bank-bank Islam meningkat dari Rp 9,5 triliun pada tahun lalu menjadi Rp 15,56 triliun pada tahun ini. Selain aset, jumlah pembiayaan yang dilakukan perbankan Islam juga meningkat dari RP 6,4 trilyun menjadi Rp 12,1 triliun.
Rasio pembiayaan simpanan juga naik dari 91,36 persen menjadi 103,19 persen.

Jusuf menambahkan, jumlah bank Islam, termasuk BPR syariah, meningkat dari 96 bank di tahun lalu menjadi 107 bank. Selama krisis ekonomi pun, perbankan Islam terbukti memiliki performa lebih baik dibanding perbankan umum. Ini ditandai dengan rendahnya persentase kredit bermasalah Non Performing Loan (NPL).

Tidak ada komentar: